Pages

7 Juni 2008

Pemanasan yang baik itu..

Saat field commander atau komandan alat menyuruh, “Buat setengah lingkaran, dari trumpet sampai tuba…, rapikan barisan, jaga jarak! Kita mulai pemanasan…!”, apa yang kira-kira terlintas dalam benak para pemain tiup? Barangkali kebanyakan berisi:

- Aduh, ‘do’ panjang lagi, ‘do’ panjang lagi…
- Buat apa sih pemanasan tiup, kan tadi udah pemanasan fisik (lari, push up)
- Nanti malem pulang jam berapa yah? Saya mau telp pacar nih…

Susah rasanya untuk menyebut lebih dari 10% pemain tiup sangat antusias untuk mengikuti latihan pemanasan alat. Dan yang terjadi adalah pemanasan tersebut hanya berupa sebuah ‘ritual formal’ yang harus dijalankan tanpa membuahkan suatu hasil apapun, selain ‘keringat dan pegal’.

Lalu sebetulnya apa yang mengharuskan kita melakukan pemanasan alat tiup? Dan yang lebih penting, bagaimana membuat pemanasan itu menarik dan ‘indah’? Suatu hal yang kiranya diperhatikan oleh pelatih, agar pemanasan lebih diminati oleh pemain.

Biasanya pemanasan dimulai dari nada panjang skala do, berdurasi 4 sampai 8 ketuk setiap nadanya, dilanjutkan staccato skala do, dan lip slur. Mari kita telaah satu per satu pemanasan tersebut.
Long tones
Disebut juga nada panjang. Nada panjang bukan saja berarti pencapaian nada harus sesuai dengan ketukan yang dituju (4 atau 8 ketuk), namun juga pengaturan nafas yang sedemikian rupa sehingga kualitas dan intensitas suara merata sepanjang ketukan itu. Kebiasaan yang terjadi di beberapa brass section adalah, ketika nada pertama ‘do’ dibunyikan, maka tidak semua alat membunyikan secara serentak, terkadang ½ ketuk setelah dimulai, dan bahkan nadanya juga bukan nada ‘do’. Mengapa demikian?

Ada 2 teknik yang perlu diperhatikan:

a. JANGANLAH MULAI DENGAN MENIUP NADA ‘DO’.

Kondisi paru-paru, tenggorokan, diafragma, dan bibir belum fleksibel untuk memulai meniup. Lakukan pemanasan nafas terlebih dahulu. John Ericson (2002) mempunyai tips yang cukup efektif dalam melatih pernafasan. Dia mengatakan kemampuan diafragma untuk menampung udara hanya 75% saja, dan untuk memaksimalkannya membutuhkan latihan otot diafragma dan otot-otot disekitar tulang iga untuk berkembang.
Teknik latihan (gunakan metronome):
- Tarik nafas 4 ketuk
- Tahan nafas 4 ketuk
- Buang nafas 4 ketuk
- Istirahat 4 ketuk
- Mulai lagi dengan tarik nafas, begitu seterusnya
- Lanjut ke 6 dan 8 ketuk masing-masing

Dr. Bradley Ulrich dalam buku “Building a Better Trumpet Section” (2001) dari Jupiter Music menambah latihan nafas menjadi:
- Exercise No. 1
- 4 ambil nafas, 4 buang nafas (ulangi)
- 2 ambil nafas, 2 buang nafas (ulangi)
- 1 ambil nafas, 1 buang nafas (ulangi)
- rest
- Exercise No 2
- 4 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 4 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 4 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- rest
- 2 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 2 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 2 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- rest
- 1 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 1 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 1 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)

Fokus perhatian:

- Perhatikan postur tubuh, jangan biarkan bahu pemain terangkat saat mengambil nafas. Ini berarti dia masih menggunakan nafas ‘paru-paru’.
- Dalam keadaan berdiri tegap, suruh tiap pemain memegang perut. Saat mengambil nafas, rasakan perut mereka kembang/kempis.
- Pada saat mengeluarkan nafas, jangan biarkan leher dan bibir tegang, agar jalur udara benar-benar keluar seutuhnya dari paru-paru.

Filosofi latihan:
- Terangkan kepada mereka, dengan latihan sepertinya ini akan terbiasa menggunakan nafas ‘perut’ dalam meniup, ketimbang nafas ‘paru-paru’. Dan tenaga untuk meniup semakin kuat.
- Atur nafas agar semakin panjang nafas yang dikeluarkan, kekuatan atau intensitas nafas sama sepanjang ketukan.

b. JANGANLAH MULAI DENGAN MENIUP NADA ‘DO’ LAGI.
Loh, jadi kapan kita bisa mulai meniup ‘do’? Ada suatu ketika dimana saat pemain meniup ‘do’, suara yang ditimbulkan adalah ‘twa-twa’ (Ericson, 2002) – atau nafas dulu yang keluar sebelum nada. Maka efek yang ditimbulkan adalah setiap ketukan 1, suara tidak timbul secara serentak. Dr Bradley Urich (2001) menyebutkan alasannya antara lain:
- Nafas yang dipakai pemain kurang mencukupi ke dalam alat.
- Posisi gigi terlalu rapat, jarak yang ideal adalah sama dengan menggigit kuku anda
- Bibir terlalu tegang. RELAX!

Teknik latihan:
- Bila suara ‘twa’ timbul di nada ‘do’, jangan lanjut ke nada ‘re’. Ulangi lagi nada ‘do’ 4 ketuk, sampai semuanya tidak ada kesan ‘twa’ saat meniup.
- Lakukan teknik ‘baps’ (Ericson, 2002), dimana pemain akan bermain nada pendek dulu, seperti aksen, kemudian baru diikuti nada panjang. (DO’…… Dooooooo)
Fokus perhatian:
- Terkadang saya menggunakan artikulasi ‘Ta’ setiap tiupan pertama, agar ketukan setiap pemain sama, namun sebisa mungkin jangan ada unsur ‘aksen’ dalam nada itu.
- Tambah nafas perut lagi agar, suara ‘twa’ tidak timbul

Filosofi latihan:
- Terangkan kepada mereka, suara ‘twa’ akan merusak ketukan pertama, lagu, dan kejernihan suara. Ubah suara ini sedini mungkin sejak latihan pemanasan.

Kesimpulan
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama latihan pemanasan bagi seorang pelatih adalah:
a. Ubah persepsi ‘ritual formal’ yang membosankan menjadi suatu latihan detail yang berpengaruh pada aplikasi lagu.
b. Temani atau ikuti perkembangan pemanasan. Jangan tinggalkan field commander saat mereka sedang pemanasan. Justru saat ini dipergunakan pelatih untuk membenarkan detail bermain setiap pemain.
c. Jangan biasakan meniup skala ‘do’ sampai habis saat pemain mulai kehilangan konsentrasi, dalam arti ‘twa’ semakin banyak, pemain melirit kanan kiri, posisi hornline yang semakin tidak terarah. Berhenti saat itu juga dan ulangi skala ‘do’ lagi, sampai semuanya bisa fokus.

So, ini baru bagian pertama dalam sebuah pemanasan awal, dan masih banyak hal yang bisa membuat pemanasan ini terasa ‘indah’.

Selamat menikmati ke’indahan’ latihan.
»»  Read More...

Metronome Practice

Many of the benefits of practice with a metronome are quite obvious. When practicing a piece of music, the use of a metronome helps maintain a steady tempo throughout. A metronome is necessary for checking a composer’s tempo marking. Also, we have all used the practice technique of learning a new technical passage first at a slow tempo, then gradually and methodically increasing the metronome speed as we master the passage at each successive metronome mark.

Ask yourself, however, what proportion of your total practice time is actually done with a metronome each and every day?

The performance of music has a very critical relationship within time, and it is a very exacting relationship at that. In really fast passages your fingers and tongue must be coordinated on notes that occurring faster than 600 notes per minute. Think for just a moment about how many muscles are involved in controlling the embouchure, the tongue, the fingers, and the breathing process. These many, many muscles must all be totally coordinated. All of these physical actions must be precisely synchronized in a single point in time for a truly clean performance, to within perhaps hundredths of a second!

In addition to practicing new technical passages with a metronome, I offer the suggestion that you should try to do almost all of your “daily routine - fundamentals” practice with a metronome. Practice your lip slurs with a metronome. Practice your long tones with a metronome. Practice your tonguing exercises with a metronome. Practice your scales and Clarke’s Technical Studies with a metronome. The more total time you spend with your metronome, the more this tenacity for steady tempo and coordination will be driven into the subconscious. In other words, everything you play which has a steady tempo should be played with a metronome.

I didn’t have an opportunity to study with Carmine Caruso, but I remember an interesting conversation I once had with a sax player who studied with him. Apparently, when you arrived for your lesson (just go in - no need to knock) you would find both teacher and student foot-tapping together. Carmine would continue his ceaseless foot-tapping as the student packed up his instrument and you would get out your horn and join in the tapping. That foot-tapping would continue through the entire lesson!

I can only guess at Caruso’s rationale, but knowing how he always strove to “eliminate the variable factors”, I speculate that he was establishing an incessant rhythmic pulse with his students in order to perfectly coordinate all of the physical elements of playing within a precise point in time.

I believe that truly fine players are those who have developed a very keen sense of precise rhythm and an instinctive habit of coordination of their music within time. Increasing the total proportion of our daily practice which is coordinated with a metronomic beat will aid in developing this habit of strict temporal coordination. In addition to the traditional uses for your metronome, get in the practice of also using it during the routine parts of your daily practice - your warm-up, tone studies, etc. Remember: use it every day!
»»  Read More...

couching clinic

Sabtu 31 Mei yang lalu, PT. Bahanna bekerjasama dengan PDBI Pengprov Riau mengadakan acara yang di beri nama Coaching clinic Marching Brass dan Percussions di Budi Hall Ballroom Hotel Furaya Pekanbaru - Riau. Acara ini merupakan salah satu wujud dari kepedulian PT. Bahanna Mahardika Indonesia dalam memajukan sekaligus memperkenalkan produk-produk Marching Band dan Drum Band ke masyarakat luas, khususnya dalam perbaikan kualitas materi unit Marching Band dan Drum Band di kepulauan Riau.

Undangan sudah disebar ke seluruh penjuru Riau kurang lebih satu minggu sebelum acara. Undangan yang ditujukan kepada para pelatih maupun pengurus unit Marching Band ataupun Drum Band dari sekolah ataupun unit perusahaan, yayasan maupun independent di hampir semua kabupaten yang ada di Riau ini tampaknya mendapat sambutan yang cukup baik, karena acara ini sendiri di hadiri kurang lebih 170 peserta dari 200 undangan yang disebarkan. Itupun belum termasuk pengurus PDBI dan pengisi acara dari Bahanna Cendana Kartika Rumbai. Selain itu acara tersebut dilaksanakan tanpa pungutan biaya (gratis).

Semua peserta acara tersebut mendapatkan souvenir kaos, dan materi klinik baik brass maupun percussions dari PT. BMI.
Acara yang berlangsung dari pukul 11.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB ini mulai di padati peserta semenjak pukul 10.00 WIB. Selain para peserta undangan, hadir juga perwakilan dari KONI Pengprov Riau dan Ketua Harian PDBI Pengprov Riau yang sempat membuka acara ini.

Runtutan acara diawali dengan Coaching Clinic oleh sdr Edu (Edwar Martinus) Coaching Clinic ini memuat materi pengajaran mulai dari cara memegang stik, sampai cara melatih percussion line yang baik dengan segala macam permasalahannya.. Cavalier sebagai produk percussion yang didistribusikan oleh PT. Bahanna merupakan produk yang dipakai untuk didemokan kualitas suaranya sekaligus menjelaskan keunggulan produk oleh sdr Edu dalam pemaparan materi clinicnya. Acara dilanjutkan dengan makan siang.


Berikut giliran sdr Ipun ( T. Iskandar M.C.L ), kebagian menjelaskan produk OLDS serta Hermez dalam coaching clinicnya. Antusias serta keingintahuaan peserta akan produk yang dijelaskan sangat baik. Materi yang diberikanpun cukup padat dan jelas.


Acara terakhir adalah coaching clinic materi gabungan dari Percussion dan Brass. Semua materi disajikan secara Apia. dengan menampilkan teman-teman dari Bahanna Cendana Kartika Rumbai yang sangat membantu dari segi karakter bunyi maupun sikap yang sangat mencerminkan sebuah unit yang professional. Bahkan sebagai penutup acara, teman-teman dari BCK Rumbai juga sempat menampilkan dua buah lagu sebagai penghibur. Lagu “ Injit-injit semut ” dan “ Tumbthumping “ yang mereka bawakan cukup menarik perhatian dari para peserta dan undangan yang hadir. Para pemain menggunakan Drum line menggunakan produk dari Cavaliers dan merasa sangat puas dengan alat yang mereka mainkan. Begitu pula pemain Horn line yang menggunakan produk Hermes dan OLDS Marching Brass merasakan kepuasan yang sama saat menggunakan produk-produk keluaran dari PT. Bahanna Mahardhika Indonesia ini.

“Saya mendapatkan banyak sekali ilmu baru yang belum pernah terpikirkan oleh saya sebelum menghadiri acara Coaching Clinic ini. Gratis lagi. Harus sering-sering di adakan acara-acara semaacam ini di daerah-daerah, khususnya daerah kabupaten.” Tegas ibu Rofaah pengajar dari SMPN 2 Bangno – Bagansiapiapi, yang harus menempuh jarak 7-8 jam dari daerahnya untuk menghadiri acara ini. “ Tapi saya tidak merasa rugi sedikitpun walaupun harus jauh-jauh dating keacara ini, malah saya mengharap acara ini akan diadakan setiap bulan.” Tegasnya lagi.

Semoga PT. Bahanna dan PDBI dapat terus bekerjasama dalam menggelar acara-acara seperti ini di lain waktu. Bravo…. PT. Bahanna, Bravo…. PDBI, Maju terus Insan Marching Band Indonesia.
»»  Read More...